MUHARRAMAN ALA TSANEDO
Semua buminya Allah, semua berhak tersentuh, terdengar Asma-Nya, Kekasih-Nya, Muhammad Rasululloh. MTsN 5 Malang 'turun gunung' menyatu dengan masyarakat. Mengisi Muharram dengan kebermanfaatan dan kemaslahatan melalui santunan Anak Yatim dan Dhuafa'.
Jobdis saya kali ini sebagai pengiring pawai. Pawai motor hias tepatnya. "Meski tak sebegitu dihias, setidaknya sedikit" kata Pak Zainal, Ketua Panitia Acara. Sebagai anggota panitia, walau hanya pengiring, baiknya ya taat, sami'na wa atho'na dengan ketua, selagi tidak memerintah nikah, hehe. Tanpa diperintah sudah otomatis terperintah.Duh, malah bahas nikah. Jadi baper.
Kembali ke Muharraman. Sebagai bentuk taat untuk menghias motor, ketika persiapan berangkat, ada siswa yang menghias motornya dengan beberapa pita kertas. Tak 'srantanan'. "Adek, minta dikit ya, hehe", pinta saya. Anggukan dan senyuman siswa tadi menandakan kerelaan pitanya diminta sedikit. Sehelai pita saya ambil, lalu saya ikatkan di 'lengan' spion. Alhamdulillah, tugas beres, hehe. Kalau tak sanggup menghias semua, jangan tidak dihias sama sekali, begitu mungkin kaidahnya, hmm.
Peserta Muharraman siap. Mereka berjajar di halaman Madrasah siap diberangkatkan. Ada peserta yang motoran, ada yang naik mobil 'abumen', sebutan bagi mobil antar jemput siswa. Pak Heni selaku penegak kedisiplinan Madrasah terus memantau kesiapan para peserta. Menata para peserta agar berangkat beriringan satu baris memanjang. Tak lama kemudian, satu persatu peserta menyalakan motornya dan tancap gas. Saya ikut barisan. Sesekali memantau kerapian barisan pawai motor.
Ibuk, Bapak, anak-anak, Mas, Mbak, Mbah Kakung, Mbah Putri, keluar dari rumahnya melihat pawai. Jarang-jarang pawai motor begini masuk desa. Tidak kurang dari 600 siswa menghiasi jalan menuju Desa Sidorejo, bukan Sidoarjo. Angin sepoi-sepoi dan terik mentari setia menemani keberangkatan peserta dari Madrasah menuju lokasi.
Sampailah di lokasi. Peserta 'dipinarakkan' ke halaman warga setempat untuk parkir. Dibantu Banser dan Linmas, ketertiban dan kerapian peserta makin terjaga. Berduyun-duyun peserta diarahkan menuju depan panggung megah, bertuliskan "Keluarga Besar MTsN 5 Malang memperingati Tahun Baru Islam 1441 H dan Santunan Anak Yatim dan Dhuafa'". Disambut terop, peneduh peserta dari panasnya terik mentari. Tepat di depan Masjid acara digelar.
Peserta duduk rapi menghadap panggung. Ada yang di bawah terop, ada yang di dalam masjid. Semua berteduh dari mentari yang tak lekas diselimuti mendung, sehingga suasana berangsur gerah. Namun, sambutan sholawatan diiringi irama banjari meneduhkan hati. Beberapa syair mengalir tenang di telinga para peserta. Teduh rasanya. Sejuk lantunannya. Belum lagi persembahan lagu dari Gita Nada Tsanedo. Duh, luar biasa. Sejuk, saudara.
"Santunan ini berasal dari kerelaan para siswa menyisihkan uang sakunya, mulai dari 500, 1000, 2000, 10.000 rupiah", salah satu isi sambutan Pak Zaenal. Rupiah yang disisihkan para siswa ikut urun bangun acara, ikut serta menjadi sebab kebahagiaan anak-anak yatim dan Dhuafa'. "Terimakasih kami sampaikan pada siswa-siswi MTsN 5 Malang, Tsanedo", unjuk terimakasih Pak Zaenal disambut riuh tepuk tangan.
Antar acara digaungkan lagu-lagu persembahan Gita Nada Tsanedo, diiringi lantunan musik pianonya Pak Andi. Beberapa lagu dipersembahkan ikut menyejukkan acara.
Wejangan Pak Takmir menggugah perhatian para peserta. Membahas alam dunia, sampai alam ghoib. Akhir sambutan, beliau 'request' lagu Madrasah Bermartabat. Pak Andi dan vokalis Gita Tsanedo pun unjuk kebolehan.
Sempat, para peserta kurang tertib. Berduyun-duyun keluar dari lokasi acara. Ada yang beralasan membeli jajanan pinggir jalan, di toko, ke toilet, ngantar teman. Emang anak-anak ada saja acaranya, demi melepas kejenuhannya. Seumuran mereka memang suka petualang. Ada memang diantara mereka, tak semua. Tapi juga banyak yang menikmati acara, duduk tenang tanpa banyak alasan meninggalkan acara. Namun, berkat arahan para panitia, para guru, para mahasiswa PKL UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, peserta kembali kondusif.
Serba salah. Ketika anak-anak beli jajanan pinggir jalan, saya melihat betapa senangnya jajanan para Bapak PJPJ, alias Penjual Jajanan Pinggir Jalan, itu laku keras. Di sisi lain, anak-anak terlihat tidak tertib, semrawut. Belum lagi saya terbayang keluarga Bapak PJPJ tadi menunggu rejeki dari jualannya. Ada sempol, es, dan cilok yang dijajakan. Sikap terbaik bukan melarang anak-anak beli. Apalagi di depan para Bapak PJPJ. Duh, jangan. Sangat menyinggung. Jadi, baiknya adalah menyilahkan anak-anak beli, tapi dikondisikan agar tidak berduyun-duyun dan semrawut. Disarankan beli dengan titip teman, itu satu. Dua, anak-anak diarahkan untuk lekas kembali usai beli. Tiga, diawasi.
Pak Kyai datang. Jam menunjukkan pukul 10.43. Cukup siang Pak Yai datang. Kyai Muhammad Taufiqi, M.Pd, alias Pak Viqi, yang saya tahu itu nama lapangan beliau. Pak Kyai menyapa mesra para siswa dengan salam bernada khas anak muda. Pak Kyai minta para siswa kertas dan bulpoin disiapkan, agar ditulis materi yang disampaikan. Di akhir acara akan diberikan hadiah yang bisa menjawab pertanyaan.
Beberapa tujuan sekolah disampaikan Pak Kyai. Pertama, meningkatkan kualitas spiritualitas atau Iman. Melalui akhlak terpuji, berupa syukur dan tawakal. Merasa bahwa semua ini pemberian Allah. Yang kedua, intelektual. Biar diangkat derajatnya oleh Allah karena berilmu. Yang ketiga, skill. Mampu berbahasa, serta menggunakan teknologi dengan baik. Di sela materi, pak Kyai minta satu siswa untuk memimpin sholawat Nariyah. Boby pun berdiri. Berjalan menuju panggung, disambut riuh tepuk tangan. Usai sholawatan, hadiah kalender dan buku karangan Pak Kyai.
Ada sekolah Para Binatang Unggulan. Didirikan Thomas Amstrong. Sekolah itu ada teladannya. Lalu manusia dijadikan teladan. Hewan dilatih seperti halnya manusia. Manusia manjat, para binatang dilatih manjat. Manusia renang, binatang dilatih manjat. Didapati mustahil alias sia-sia. Maka dapat diambil pelajaran. Pembelajaran tidak sesuai bakat dan minat hanya akan sia-sia.
Mendekati puncak mauidhoh hasanah, para siswa diminta bersholawat, sambil menuliskan pertanyaan. Di tengah membaca sholawat, para peserta maju menyerahkan pertanyaannya. Ternyata banyak yang mangajukan pertanyaan.
Empat kunci sukses, yaitu Iman, Intelektual, Institusi, Imam.
Komentar
Posting Komentar