Ejaan
EJAAN
(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Bahasa Indonesia)
Dosen Pengampu : Misbahus Surur M.Pd
Disusun oleh :
1. Anif Fathul Amin : 14150023
2. Suhardin : 14150046
3. Sulistiawati : 14150026
4. Asriatus Sangadah : 14150020
5. Azzahro Khairunnisa : 14150005
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS MAULANA MALIK IBARAHIM
MALANG
2014
Kata Pengantar
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan kita yakni Bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi antar individu satu dan lainnya di Indonesia
ini, sehingga mampu menyatukan berbagai suku dan ras yang terdapat di negeri
yang tercinta ini.
Selanjutnya salawat beriring salam kita hanturkan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam menuju alam yang penuh ilmu
pengetahuan sekarang ini.
Alhamdulillah berkat izin dan
ridhoNyalah makalah ini pun dapat terselesaikan dengan pembahasan ‘’ejaan’’.
Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui tata cara dalam ejaan
yang baik dan benar sehingga membuka wawasan kita lebih luas dalam memahami
pembahasan tersebut. Walau bentuk makalah ini sederhana, penulis berharap akan
adanya saran dan kritik yang membangun guna perbaikan dalam penyusuna makalah
yang lebih baik lagi.
Malang, 22 September 2014
Penulis
Daftar Isi
Kata
Pengantar............................................................................
Bab
I Pembukaan.........................................................................
1.1 Latar belakang................................................................
1.2 Rumusan masalah..........................................................
1.3 Tujuan...........................................................................
Bab
II Pembahasan......................................................................
2.1 Pengertian
ejaan 2.2 Macam-macam ejaan
2.2.1 Ejaan Van Ophuysen
2.2.2 Ejaan Republik
2.2.3 Ejaan Malindo
2.2.4 Pembabaharuan Ejaan
2.2.5 Ejaan yang Disempurnakan
Bab
III Penutup............................................................................
3.1 Kesimpulan3.2 Saran
Daftar
Pusaka...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Belakangan
ini banyak orang Indonesia yang kurang mengerti bahasanya sendiri. Bukan
berarti pada makna yang sebenarnya, akan tetapi mereka kurang paham tentang
kaidah-kaidah dan aturan tata bahasa yang ada di dalam Bahasa Indonesia.
Baik kita
sadari atau tidak, itulah kenyataan yang terjadi belakangan ini. Dengan alasan
inilah mengapa makalah ini dibuat. Di dalam makalah ini terdapat pembahasan
tentang macam-macam ejaan yang mengalami perubahan dari awalnya pembentukan
kaidah ejaan sampai perubahan ejaan yang sekarang.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1.
Apakah
pengertian ejaan?
2.
Apa
saja macam-macam ejaan dalam Bahasa Indonesia?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui
pengertian ejaan
2. Untuk
mengetahui macam-macam ejaan dalam Bahasa Indonesia
BAB I
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan
peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran, bagaimana menempatkan
tanda-tanda baca, bagaimana memotong-motong suatu kata, dan bagaimana
menggabungkan kata-kata atau penggambaran bunyi bahasa (kata,
kalimat, dsb) dengan kaidah tulisan (huruf)
yang distandardisasikan dan mempunyai makna.
2.2 Macam-macam Ejaan
2.2.1 Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen
disebut juga Ejaan Balai Pustaka dan ini adalah ejaan lama. Masyarakat pengguna
bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.Ejaan ini merupakan karya
Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901). Ciri khusus
ejaan Van Ophuysen:
Ejaan ini digunakan
untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang
Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:
- Huruf (u) ditulis (oe) contohnya, itoe
- Penulisan huruf (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya bapa’, ta’
- Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas akhiran itu diberi tanda trema (”)
- Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya
- Kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (janda-janda)
- Huruf (J) untuk menuliskan huruf (Y) misalkan, pajah,jang,sajang dll.
Huruf hidup yang
diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö,
menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong,
sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.
Kebanyakan catatan
tertulis Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab yang dikenal
sebagai tulisan Jawi.
Adanya sejarah dari ejaan Van
Ophuijsen diadakannya pembukuan ejaan bahasa Indonesia yang pertama oleh Prof. Charles van Ophuijsen dibantu oleh Engku
Nawawi gelar Sutan Makmur dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Hasil pembakuan mereka
yang dikenal dengan Ejaan Van Ophuijsen ditulis dalam sebuah buku. Dalam
kitab itu dimuat sistem ejaan Latin untuk untuk bahasa melayu di Indonesia.
2.2.2 Ejaan Republik/Ejaan Suwandi
Ejaan ini
diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 menggantikan ejaan sebelumnya. Ejaan ini
juga dikenal dengan nama ejaan Soewandi. Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini
dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:
- huruf 'oe' menjadi 'u', seperti pada goeroe → guru.
- bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (') ditulis dengan 'k', seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
- kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.
- awalan 'di-' dan kata depan 'di' kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Kata depan 'di' pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan imbuhan 'di-' pada dibeli, dimakan.
Ejaan
Soewandi ini berlaku sampai tahun 1972 lalu.
2.2.3 Ejaan Malindo
Ejaan Malindo
(Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan melayu dan
Indonesia. Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa Indonesia tahun 1954 di
Medan, Sumatera Utara. Ejaan Malindo ini belum sempat diterapkan dalam kegiatan
sehari-hari karena saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.
Ejaan Melindo
merupakan sistem ejaan Latin yang termuat dalam Pengumuman
Bersama Edjaan Bahasa Melaju-Indonesia (Melindo) (1959) sebagai hasil usaha
penyatuan sistem ejaan dengan huruf Latin di Indonesia dan Persekutuan
Tanah Melayu. Keputusan ini dilakukan dalam Perjanjian Persahabatan
Indonesia dan Malaysia pada tahun 1959. Sistem ini tidak pernah sampai
diterapkan.
Hal yang
berbeda ialah bahwa di dalam Ejaan Melindo gabungan konsonan tj, seperti pada
kata tjinta, diganti dengan c menjadi cinta, juga gabungan konsonan nj seperti
njonja, diganti dengan huruf nc, yang sama sekali masih baru.
2.2.4 Pembaharuan Ejaan
Ejaan pemabahruan merupakan suatu ejaan yang
direncanakan untuk memperbaharui Ejaan Republik. Penyusunan itu dilakukan oleh
Panitia Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia. Konsep Ejaan Pembaharuan yang telah
berhasil disusun itu dikenal sebuah nama yang diambil dari dua nama tokoh yang
pernah mengetuai panitian ejaan itu. Yaitu Profesor Prijono dan E. Katoppo.
Pada tahun 1957 panitia dilanjutkan itu berhasil merumuskan patokan-patokan
ejaan baru. Akan tetapi, hasil kerja panitia itu tidak pernah diumumkan secara
resmi sehingga ejaan itu pun belum pernah diberlakukan. Salah satu hal yang
menarik dalam konsep Ejaan Pembaharuan ialah disederhanakannya huruf-huruf yang
berupa gabungan konsonan dengan huruf tunggal. Hal itu, antara lain tampak
dalam contoh di bawah ini.
- Gabungan konsonan dj diubah menjadi j
- Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts
- Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ
- Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń
- Gabungan konsonan sj diubah menjadi š
Kecuali itu, gabungan vokal ai, au, dan oi, atau
yang lazim disebut diftong ditulis berdasarkan pelafalannya yaitu menjadi ay,
aw, dan oy.
Misalnya:
EYD
|
Ejaan Pembaharuan
|
Santai
|
Santay
|
Gulai
|
Gulay
|
Harimau
|
Harimaw
|
Kalau
|
Kalaw
|
Amboi
|
Amboy
|
2.2.5 Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan/EYD
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan penyempurnaan
dari ejaan-ejaan sebelumnya. EYD diresmikan pada saat pidato kenegaraan
memperingati HUT Kemerdekaan RI XXVII, 17 agustus 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan
Republik atau Ejaan
Soewandi.Kemudian dikukuhkan dalam Surat Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
EYD ini hasil kerja panitia ejaan Bahasa Indonesia yang dibentuk tahun 1966.
Secara lengkap ketentuan penulisan dengan ejaan yang
disempurnakan dapat dipelajari dalam buku ‘Pedoman Umum EYD’. Yang dikemukakan
dalam handout ini sangat terbatas karena hanya berdasarkan kesalahan
umum yang sering dilakukan para siswa.
1. Penulisan kalimat langsung:
- Sebelum berangkat bapak berpesan, “Jaga rumah baik-baik,
Bu!”
- “Tujuan saya membuat penelitian ini,” katanya menjelaskan, “adalah
untuk melengkapi skripsi saya.”
- “Kalian
dengar suara ‘plung’ tadi?” tanya Pak Sofyan.
-
“Dengar, Pak!”
jawab kami serempak.
2. Penulisan tentang sesuatu yang berhubungan
dengan agama, kitab suci, dan nama Tuhan termasuk kata gantinya :
- Meskipun Rina beragama Kristen, ia
membaca juga kitab Weda.
-
Bimbinglah hamba-Mu ini, ya Tuhan Yang Mahakuasa,
ke jalan yang Engkau beri rahmat.
3.
Penulisan gelar kehormatan:
- Tidak
seorang pun melupakan jasa-jasa Raden Ajeng Kartini.
- Walaupun
bergelar raden ajeng, ia tak pernah menyombongkan diri.
- Pemimpin
yang dihormati di Yogyakarta adalah Sultan Hamengku Buwono.
4.
Penulisan nama bangsa, suku, bahasa, nama hari, bulan, tahun, dan peristiwa
sejarah:
- Bencana
alam yang terjadi di Aceh merupakan peringatan dari Tuhan kepada bangsa Indonesia.
- Ada
banyak suku di Indonesia, misalnya suku Sunda, suku
Dayak, maupun suku Jawa.
- Pada tahun
1997 yang lalu, hari Idul Fitri dan hari Natal
sama-sama jatuh di bulan Desember.
- Sejarah
kekristenan pernah ternoda oleh peristiwa Perang Salib.
5. Penulisan
nama khas dalam geografi :
- Di
Indonesia terdapat banyak danau, salah satu yang terkenal adalah Danau
Toba.
- Saat ini sungai-sungai
di Kota Jakarta sudah tercemar, lebih-lebih Sungai
Ciliwung.
6. Penulisan
nama lembaga, dokumen resmi, dan judul buku:
- Semua undang-undang
untuk mengatur negara ini merupakan penjabaran dari Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia.
- Kabarnya
keberadaan Departemen Penerangan akan ditiadakan.
- Ia salah
seorang kandidat pemimpin sebuah departemen pemerintahan di republik
ini.
7.
Perbedaan penulisan antara kata depan
dengan awalan di dan ke , serta partikel pun:
- Letakkan
barang ini di atas meja yang tinggi agar tidak dipegang-pegang
oleh adikmu!
- Diatas
hal-hal yang berkaitan dengan materi, kita harus juga mengutamakan sesuatu yang
bersifat rohani.
- Ia pergi
ke gereja untuk mencari kedamaian hati.
- Tidak
seorang pun di tempat ini mampu melakukan hal itu.
- Walaupun
hujan, acara tetap berlangsung.
8. Penulisan
kata gabung:
- Bus antarkota
itu setiap hari sarat penumpang.
- Kita harus menjadi remaja bertanggungjawab.
- Pertanggungjawaban yang dibacakan presiden kurang memuaskan
rakyat.
- Semoga Yang Mahaesa mengabulkan doa Anda.
9. Penulisan
kata bilangan:
- Peristiwa mengenaskan itu terjadi sekitar
tahun 60-an.
- Uang lima
ribuan kabarnya akan ditarik dari peredaran.
- Saya anak ke-2
dari tiga bersaudara.
- Pada abad kedua
puluh inilah puncak kemerosotan moral.
- Lima puluh
peserta akan
meramaikan acara itu.
10. Penulisan
kalimat dengan tanda baca koma, titik koma, dan titik dua:
- Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
- Satu, dua, tiga, …mulai!
- Fakultas itu mempunyai dua jurusan, yaitu Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.
- Fakultas itu mempunyai dua jurusan : Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.
- Malam makin larut, tetapi anakku belum juga pulang.
- Malam makin larut; anakku belum juga pulang.
11. Penulisan
kata yang memerlukan tanda hubung (-) :
- … telah dikenal sebagai alat pertahan-
an yang canggih.
- Pipinya
yang kemerah-merahan itu sangat menggemaskan.
- Para
gubernur se-Indonesia berkumpul di tempat itu mengadakan pertemuan.
12. Penulisan
kalimat yang memerlukan tanda elipsis (…)
- Kalau
begitu … baiklah saya maafkan kamu.
- Saya
sudah mengerti bahwa….
13. Penulisan
kalimat dengan arti khusus atau bermakna konotasi :
-
Analisisnya terhadap puisi “Doa” karya Chairil Anwar benar-benar ‘mendalam’.
- Jangan
sampai kita ‘tercerabut’ dari akar budaya sendiri.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Ejaan adalah perangkat aturan atau
kaidahyang mengatur cara melambangkan bunyi, cara memisahkan atai menggabungkan
kata dan cara menggunakan tanda baca.
2. Ejaan memiliki beberapa jenis lainnya
diantaranya :
a.
Ejaan Van Ophuysen disebut
juga dengan Ejaan Balai Pustaka dan ini adalah ejaan lama. Masyarakat pengguna
bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947. Ejaan ini merupakan katya
Ch. Van Ophuysen dimuat dalam kitab Logat
Melayoe (1901).
b.
Ejaan Republik atau
ejaan Suwandi dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Budaya
Mr.Soewandi pada tanggal 19 Maret 1947. Sistem ejaan Suwandimerupakan system
ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.
c. Ejaan
Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari
perumusan ejaan melayu dan Indonesia. Perumusan ini berangkat dari kongres
Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Sumatera Utara. Ejaan Malindo ini belum
sempat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari karena saat itu terjadi
konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.
d. Ejaan pembaharuan
merupakan suatu ejaan yang direncanakan untuk memperbaharui Ejaan Republik.
Penyusunan itu dilakukan oleh Panitia Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia.
e. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
merupakan penyempurnaan dari ejaan-ejaan sebelumnya. EYD diresmikan pada saat
pidato kenegaraan memperingati HUT Kemerdekaan RI XXVII, 17 agustus 1972.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian
ejaan itu.
3.2
Saran
Semoga
dengan dibentuk dan disusunnya makalah ini dapat menambah dan mendalami wawasan
pembaca dalam mengenai materi “ejaan” tersebut, dan sekaligus memberikan
manfaat bagi pembaca atas makalh tersebut.
Daftar
Pustaka
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia
(2000). PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta:
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 8.
Susilo,Mansudin.2010.Mozaik Bahasa Indonesia.Malang
Komentar
Posting Komentar