Sabar Menunggu Guru yang Tertidur
Sahabat-sahabat yang luar biasa...
Mari kita belajar mengerti dan memahami lingkungan sekitar kita dengan sederhana namun sangat berarti bagi kehidupan kita. Orang yang mengerti dan memahami akan lebih dihargai daripada orang yang pandai dan cerdas tanpa pemahaman dan pengertian.
Tadi pagi saya setoran Al-Qur'an ke salah satu ustadz di Ma'had. Saat itu, keadaan begitu riuh dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Karena begitu nikmatnya, rasa kantuk yang begitu kuat menghampiri ustadz yang sedang duduk manis mendengarkan dan membenarkan setiap bacaan Al-Qur'an tiap-tiap santri. Sekitar tujuh santri duduk di depan beliau sambil melantunkan Al-Qur'an sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Saat itu aku duduk di samping kiri beliau. Aku mencoba melempar sedikit pandanganku ke ustadz. Ternyata ustadz sudah merasa keberatan menahan kantuknya. Dengan perlahan, ustadz terlena dengan kantuknya, sehingga mata beliau tak sanggup lagi terbuka.
Di saat yang bersamaan, saat rasa kantuk ustadz yang semakin kuat dan sudah tak sanggup untuk membuka mata, salah satu santri yang selesai membaca Al-Qur'an mencoba membangunkan beliau. Kulihat dia mencoba menyodorkan buku monitoring ke ustadz agar segera mendapat penilaian dan tanda tangan, tetapi ustadz masih juga belum bangun dari tidurnya. Karena tidak sabar, dia memanggil-manggil ustadz agar segera bangun. Riuhnya lantunan Al-Qur'an menghalangi panggilannya untuk sampai ke telinga ustadz. Sehingga, uasahanya itu pun sia-sia. Karena merasa kecewa, dia pun berdiri meninggalkan ustadz tanpa pamit. Langkahnya meninggalkan ustadz menggambarkan hatinya yang begitu kecewa. Sebenarnya, andaikan mau sabar sebentar ustadz pasti bangun.
Sungguh pemandangan yang kurang bisa diterima hati nurani. Mulia kiranya, bila dia mau menunggu dengan ikhlas dan memahami keadaan ustadz yang seperti itu.
Memang hanya hal sepele. Tapi andaikan kita dalam posisi seperti ustadz tadi, apakah tidak kecewa dengan sikap santri yang seperti itu. Untung ustadz tidak sampai terbangun.
Marilah kita bedakan, bagaimana menyikapi seorang guru. jangan kita samakan dengan teman. Sungguh mulia luar biasa, bila sahabat bisa dan mau menunggu ustadz yang tertidur dengan sabar dan ikhlas. Niscaya suatu saat nanti, kita pun juga dihargai sesuai dengan penghargaan yang berikan.
Salam luar biasa buat sahabat semua...!!!
Mari kita jalani kehidupan dengan penuh pemahaman dan pengertian... yang itu membuat hidup kita semakin indah. Semoga bermanfaat,
Barakallhu lii wa lakum...
Mari kita belajar mengerti dan memahami lingkungan sekitar kita dengan sederhana namun sangat berarti bagi kehidupan kita. Orang yang mengerti dan memahami akan lebih dihargai daripada orang yang pandai dan cerdas tanpa pemahaman dan pengertian.
Tadi pagi saya setoran Al-Qur'an ke salah satu ustadz di Ma'had. Saat itu, keadaan begitu riuh dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Karena begitu nikmatnya, rasa kantuk yang begitu kuat menghampiri ustadz yang sedang duduk manis mendengarkan dan membenarkan setiap bacaan Al-Qur'an tiap-tiap santri. Sekitar tujuh santri duduk di depan beliau sambil melantunkan Al-Qur'an sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Saat itu aku duduk di samping kiri beliau. Aku mencoba melempar sedikit pandanganku ke ustadz. Ternyata ustadz sudah merasa keberatan menahan kantuknya. Dengan perlahan, ustadz terlena dengan kantuknya, sehingga mata beliau tak sanggup lagi terbuka.
Di saat yang bersamaan, saat rasa kantuk ustadz yang semakin kuat dan sudah tak sanggup untuk membuka mata, salah satu santri yang selesai membaca Al-Qur'an mencoba membangunkan beliau. Kulihat dia mencoba menyodorkan buku monitoring ke ustadz agar segera mendapat penilaian dan tanda tangan, tetapi ustadz masih juga belum bangun dari tidurnya. Karena tidak sabar, dia memanggil-manggil ustadz agar segera bangun. Riuhnya lantunan Al-Qur'an menghalangi panggilannya untuk sampai ke telinga ustadz. Sehingga, uasahanya itu pun sia-sia. Karena merasa kecewa, dia pun berdiri meninggalkan ustadz tanpa pamit. Langkahnya meninggalkan ustadz menggambarkan hatinya yang begitu kecewa. Sebenarnya, andaikan mau sabar sebentar ustadz pasti bangun.
Sungguh pemandangan yang kurang bisa diterima hati nurani. Mulia kiranya, bila dia mau menunggu dengan ikhlas dan memahami keadaan ustadz yang seperti itu.
Memang hanya hal sepele. Tapi andaikan kita dalam posisi seperti ustadz tadi, apakah tidak kecewa dengan sikap santri yang seperti itu. Untung ustadz tidak sampai terbangun.
Marilah kita bedakan, bagaimana menyikapi seorang guru. jangan kita samakan dengan teman. Sungguh mulia luar biasa, bila sahabat bisa dan mau menunggu ustadz yang tertidur dengan sabar dan ikhlas. Niscaya suatu saat nanti, kita pun juga dihargai sesuai dengan penghargaan yang berikan.
Salam luar biasa buat sahabat semua...!!!
Mari kita jalani kehidupan dengan penuh pemahaman dan pengertian... yang itu membuat hidup kita semakin indah. Semoga bermanfaat,
Barakallhu lii wa lakum...
Komentar
Posting Komentar